Kamis, 14 Juni 2012

11:39 PM - No comments

Rumah Hantu

Sekarang malam jumat, sekali-sekali nulis cerita horror. Inget, ini sangat serem. Jadi pikirkan baik-baik sebelum kalian baca ini. Buat kalian yang sakit jantung, asma, dan lagi hamil tolong jangan dilanjutin baca kalau gamau terjadi apa-apa. Buat kalian yang baca Bobo aja merinding, mending kalian baca Playboy deh. Dan buat kalian yang impotensi, tolong tutup dan bergegaslah ke On Clinic, tanya Bang Ikang Fauzi kalau gatau apa itu.

Rumah Hantu, disini aku bakal nyeritain berbagai macam rumah hantu yang ada di Indonesia. Sudah berkali-kali aku mengunjungi Rumah Hantu selama hidupku sekarang. Jadi aku bisa ngasih review tentang ini. Saking banyaknya, mungkin bisa aku daftarin di Museum Rekor Indonesia. Ya, 2 kali.

Kenapa sih orang-orang pada suka masuk wahana ini ? Di setiap tempat, setiap ada rumah hantu, selalu aja ramai pengunjung. Kenapa mereka mau mengeluarkan uang segitu besar untuk membuat memperpendek usia jantung, membuat tidur tidak nyenyak, dan beraktivitas dengan terbayang-bayang sosok gajelas. Bisakah mereka membuang uang dengan cara yang lebih tepat ? Misalnya dengan membeli "Sepotong Kue Penuh Pewarna" seharga 28 Ribu sepotong. Atau bisa aja kan ke tempat yang jual es krim seharga 35 ribu untuk 3x sendokan.

Pertama kali ke Rumah Hantu itu ada di Taman Safari Prigen Jatim. Entah apa yang dipikirkan oleh para pengurus taman safari ini sehingga bisa memasukkan wahana ini. Terlepas dari apakah ntar hantu didalamnya berupa Pocong Jerapah, Kudanil Punggung Bolong, ataukah Tuyul Gajah. Wahana ini mengambil konsep "Train and Waa" jadi para pengunjung naik kereta kecil dan keliling tuh rumah yang udah didesain sedemikian rupa. Para setan hanyalah robot, yang nongol-nongol tanpa tujuan.

Didalem wahana ini, cetek banget. Sama sekali ga serem. Mana ada setan yang matanya kelap-kelip warna-warni. Dia setan atau Ultraman Gaia yang lagi ngelawan Mr.Bean Kesurupan Depe ?? Dan yang paling absurd ada di tikungan terakhir. Ada gambar nenek-nenek naik sapu yang dicetak diatas kertas dan digantung dengan tali. Ini maksudnya apaan ? Apakah dia "Nenek Sapu" ? Dan ntar suaminya "Kakek Serokan" ? Apapun makhluk itu, yang pasti aku sukses dengan gemilang.

Suatu saat, di Solo juga ada Rumah Hantu. Diadain di Beteng Trade Center. Dan seperti biasa, para korban selalu update status tiap habis kesana. Setelah mendengar cerita dari berbagai narasumber. Mulai orang sampai beruang berjilbab. "Aaah, ga serem. Gitu doang." "Setannya unyu deh..". Awalnya sih aku ama geng kagak minat ama gituan. Tapi karena saking bosennya suatu malem minggu, kita pertimbangin untuk kesana. Aku ama geng totalnya 7 orang. Untuk meyakinkan kalian, Kami bukan SMASH, Seven Man as Seven Homo. Nama-nama kami : Yudha, Ardian, Tomo, Putra, Udin, Salim, dan Agnur.

Berangkat dari markas, dengan penuh keyakinan. Dengan gagah dan kepala mendongak. Merencanakan berbagai tingkah usil untuk para hantu. Ah, paling cetek cuman segitu. Bedanya, kali ini mengambil konsep "Walk, Run, and Aw". Jadi pengunjung harus berjalan dan masuk kedalam labirin yang disekat-sekat. Dan antar pintu ruangan dibatasi dengan kain hitam. Karena wahana itu udah mau tutup, jadi tidak ada antrian saat itu.

Sampai di BTC, baru parkir motor udah disambut Soundtrack dari rumah hantu. Yah teriakan, ketawa, sampai erangan. Jujur, agak gugup. Tapi, gengsi diatas segalanya. Baru naek tangga, ketemu ama cewek yang sampai gemeteran karena ketakutan habis dari tuh wahana. Duh, dasar cewek, cuma gitu aja sampai ketakutan. Dan kami berjalan bareng dengan angkuh menuju ticketing. Di meja ticketing, mbak-mbaknya menghadap ke dupa yang dibakar. Sempet khawatir kalau kami salah masuk ke counter "Dukun Pengemil Dupa". Ternyata tidak, lalu kami membeli ticket seharga 20 Ribu. Sempet sih nawar, 10 ribu 7 orang. Namun nampaknya si mbak-mbak tadi sudah jadian ama Security. Jadi gausah macem-macem.

Berhadapan dengan pintu masuk, si mas-masnya ngomong kalau maksimal 5 orang. Yaudah, 2 orang yaitu Agnur dan Salim masuk bertiga ditemenin si mas-mas yang jaga. Semoga mereka tidak melakukan tindakan asusila didalam. Di dalem sana baunya khas banget. Seperti kemenyan dan dupa yang berduet. Jujur aku keluar keringat dingin pas di pintu masuk. "Tenang wae, cuma kaya gini eg." Kata Putra, orang yang badannya paling gede dan tampang sangar diantara kami.

Mulai masuk. Gelap banget didalem. Pertama disambut ama suster-suster bawa suntikan dan muka ancur. "Hai mbak.. Lagi ngapa." Goda kami bergantian. Itu mbak-mbak cuma nyengir-nyengir ga karuan dengan tampang nafsu. Aku ngeliat temen-temenku udah sedikit panik mukanya. Masuk ke ruang berikutnya, ada makhluk putih berambut panjang gajelas. Dan apa yang terjadi ? "Aaaaaaa..." Teriak si Putra pertama kali. Sialan nih bocah, tadi gaya doang yang oke, baru segini udah lari duluan. Dia lari duluan ke ruang yang selanjutnya, kami yang lain ga kalah panik dan ikutan lari. Sialnya aku yang paling belakang.

Si Putra sialan, dia maunya ditengah. Depan ada Tomo, aku di Belakang, Kanan ada Ardian, dan Kiri ada Udin. Dan bisa ditebak apa yang terjadi selanjutnya, kita berlima lari ga karuan dan nabrak segalanya. Di tiap ruangan, pertama kali yang dilihat adalah kain hitam tempat menuju ruangan selanjutnya. Serem abiis para setannya. Sempet disuatu lorong panjang, kita dikejar ama setan kaya pencabut nyawa, aku yang berposisi di belakang berusaha narikin baju yang didepanku biar mereka kagak ngilang. Di pandangan si hantu mungkin dia melihat suatu Karaban Sapi. Dan di suatu sudut lorong, kami mau istirahat. Karena jantung yang udah ga kerasa detaknya dan keringat yang udah ga kerasa baunya. Ga ada semenit rehat, tuh setan balik lagi ngejar-ngejar.

Sampai di suatu ruang rumah sakit dengan banyak tempat tidur yang ga ketata. Dan dideket pintu keluar ada kasur. Sebenernya ada jalan sih. Tapi saking paniknya, aku ga sempet mikir seperti Dora. Mungkin Dora jika ada di posisiku akan bertanya dan berkata sendiri "Apa yang harus kulakukan ? yaa lompat. Katakan Jump, katakan Jump. Juuuummmmpp". Aku bukan Dora dan yang kulakukan adalah menendang itu kasur sampai menutupi jalan keluar. Dan kami sukses tersandung-sandung.

Di ruang menuju akhir juga. Saking paniknya, sendalku terinjak entah oleh siapa dan putus sehingga lepas dari kakiku yang indah. Dan emang temen-temen yang ga setia, kagak mau nemenin ambil tuh sendal. Aku langsung ditarik. "Udah sendal beli gampang. Daripada kita mati disini." Oke aku nurut kata bijak tadi. Berlari dengan separuh sendal. Dan saking cepetnya kami berlari, para setan tidak sempat menakuti. Bahkan ada setan yang tidak sadar kami baru saja lewat.

Akhirnya jalan keluar.. Terlihat seperti cahaya terang yang menuntunmu ke surga. Kami berebut dan jatuh berguling-guling keluar dari sana. Dengan wajah pucat dan baju yang sobek dan penuh keringat. Disana udah ada Agnur dan Salim yang ga jauh beda dengan keadaan kami. Tampang kami datang dan keluar sangat berbeda 180 derajat. Masih berusaha Stay Cool, namun masih gabisa nutupin pucetnya. Susah jalan lebih parah daripada mbak-mbak yang kami temui ditangga tadi. Aku berjanji, tidak akan menghabiskan uang untuk tempat terkutuk ini.


Udah tadi itu cerita serem dariku. Semoga kalian takut.
Dan pelajaran kali ini : Don't Judge a Book by It's Cover.

0 komentar:

Posting Komentar