Selasa, 08 Juli 2014

12:33 AM - 2 comments

Anggit Love Papa Mama

"Anggit love Papa Mama"

Ketika mendengar serangkaian kata-kata tersebut, maupun melihatnya di suatu kesempatan, komentar apa yang pertama muncul di benak anda ?

Beberapa orang mungkin berpikir, kata-kata tersebut terdengar norak, 'anak mami' banget, dan sebagainya. Dan bahkan beberapa dari kita sering menjadikan kalimat-kalimat sejenis itu untuk sebuah candaan-candaan kecil dengan diiringi tawa mengejek. Dulu sering kan, ngedenger joke "Badan gede, muka garang, tato i love mama". Udah kadaluarsa sih joke semacem itu, dan kita sekarang udah nggak tersenyum ketika mendengarnya. Tapi dulu ? Ketika kita baru pertama mendengar ? Mungkin tertawa. Nggak salah sih, kita memiliki hak untuk berpendapat. Kita bebas berkomentar apapun. Santai aja..

Baru aja sih tadi Sore. Aku bareng anak-anak organisasi yang gamau sebenernya disebutin namanya ngadain buka bersama. Beda dengan gerombolan lain, yang ngadain buber tanpa tujuan jelas :

Janjian ribet banget dari jauh-jauh hari
Akhirnya di restoran mahal dengan kondisi penuh sesak dengan geng buber lain
Nunggu buka sambil ngegosip (Apa bedanya nunggu buka sambil makan kwaci ?)
Buka puasa selesai
Kadang sholat maghrib keteteran dan bahkan nggak sholat
Teraweh ? Maghrib aja enggak.
Kami kali ini beda. Skema cara kerjanya nggak seperti diatas.
"Kami buka bersama anak-anak Yayasan Pemeliharaan Anak dan Balita"
Yup, YPAB. Sepintas tentang YPAB, disana itu tempat pengasuhan banyak anak bayi dan balita. Berlokasi tidak jauh dari rumah sakit, bisa dibilang sebagian besar anak-anak ini berasal dari sana. Mereka diasuh dan dibesarkan di tempat ini, para bayi-bayi kecil yang tidak dijemput oleh orang tuanya..

Entah apa dasar kuat yang ada di benak orangtua-orangtua ini, sehingga mereka meninggalkan bayi yang sudah mereka rawat selama di kandungan. Entah pikiran gila apa yang muncul sehingga mereka bisa melahirkan anak, dan enyah seperti tanpa ada masalah apa-apa. Entah motivasi apa yang mendorong mereka bisa melakukannya. Alasan ekonomi kah ? Malu kah ? Kita semua nggak bisa berspekulasi mengenai alasan itu..

Begitu memasuki bangunan, kami disambut oleh beberapa anak laki-laki berambut plontos, 2 orang anak perempuan berambut pendek, dan beberapa suster yang merawat mereka. Anak-anak tersebut berlari ke arah kami yang sedang bersalaman dengan suster-suster beserta 2 orang cewek magang di tempat itu. Terlepas dari kondisi bangunan yang tua dan terkesan sedikit "horror", anak-anak polos itu bahagia..

Aku sendiri langsung berjalan ke tempat anak-anak yang masih bayi bermain di dalam kasur-kasur dengan pagar yang mengelilinginya. Entah apa nama benda itu, mungkin ada yang mau ngasih tau ?

Ada seorang anak balita berusia kira-kira 1,5 tahun yang membuatku tertarik untuk bermain dengannya. Dia seorang anak laki-laki berwajah cukup imut, dan sepertinya dia keturunan etnis arab. Saat itu dia hanya duduk terdiam dan terlihat bingung dengan banyak orang yang berdiri mengelilinginya. Kami mulai menggoda dia seperti layaknya ketika kita bertemu dengan anak kecil lainnya. Namun, berkali-kali kami memanggil namanya sembari menggoda dengan ekspresi wajah yang mengundang tawa anak-anak, dia tetap diam dengan pandangannya yang seolah bingung. Tak ada tawa maupun senyum yang muncul dari wajahnya..

Akupun sempat heran dengannya. Apa yang terjadi dengan anak ini, dia berbeda, namun secara fisik dia sama. Kemudian salah seorang dari kami mengeluarkan ponsel dan berniat untuk mengambil gambar anak laki-laki itu. Flash on, anak itu melihat ke arah ponsel dengan lampu terang menyala. Dia tersenyum, sedikit tawa kecil muncul di wajah polosnya.
"Dia tuli sejak lahir, mas. Mungkin gara-gara itu dia ditinggal sama orangtuanya.."
Kata-kata itu muncul dari cerita salah seorang suster ketika aku bertanya mengenai kondisi anak itu. Tuli. Satu kata itu menjawab pertanyaan yang sejak awal muncul.

Bukan keinginan anak itu untuk dilahirkan dengan kondisi tuli, dan bukan keinginan orangtua juga memiliki seorang anak yang tidak bisa mendengar. Tapi, apakah kita bisa memilih tentang apa yang Tuhan berikan ? Bukankah kita hanya mengoperasikan segala yang diberikan Tuhan, sesuai dengan 'buku manual' yang menyertainya ? Kita hanya makhluk ciptaan yang bergerak sesuai skenario yang Tuhan berikan.

Beberapa dari kita mungkin merasa sangat sedih ketika kita ditolak untuk bersekolah di tempat yang kita inginkan. Dengan 'dalil', "Impianku tuh sekolah disana, sekolah disana itu masa depanku terjamin." Kita terkadang terlalu merasa paling sengsara di dunia ketika yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tapi apa yang terjadi dengan anak laki-laki itu ? Dia baru berusia 1,5 tahun, dia memang tidak ditolak oleh sekolah, dia 'hanya' ditolak keberadaannya oleh orangtuanya..
Masih berpikir menjadi orang paling sengsara ? Nggak malu ?

Terlepas dari permasalahan itu, kita omongin dari sudut pandang orangtuanya. Pakdhe Sujiwo Tejo pernah bilang di bukunya yang berjudul "Lupa Endonesa" , dia mengkritik tentang konflik kita dengan negara tetangga yang kita anggep maling tari pendet :
"Seorang ibu bukanlah orang yang melahirkan. Seorang Ibu adalah orang yang merawat dan membesarkan.."
Setuju nggak ? Jadi masih pantes nggak ketika ada statement "mereka ditinggal di rumah sakit oleh Ibunya" ?
Seharusnya : "Mereka ditinggal di rumah sakit oleh kendaraan yang mereka gunakan untuk muncul di dunia."

Terlepas dari seberapa sakitnya melahirkan, repotnya merawat kandungan, dia tetap tidak sesuai menyandang gelar 'Ibu' bagi anak itu. Memiliki anak yang 'berbeda' memang tidak sesuai dengan apa yang orang-orang inginkan. Tapi bukankah Tuhan adalah satu-satunya yang menyandang gelar 'Maha Adil' ? Betapa sombongnya anda ketika berpikiran ataupun berucap "Tuhan tidak adil"..

Aku emang baru berusia 19 Tahun, apa yang aku tahu tentang memiliki sebuah anak ketika aku masih berkutat dengan tugas khas mahasiswa pada umumnya ? Aku ga tahu apa-apa, tapi aku punya satu orang idola yang berkali-kali sukses membuatku kagum. Seorang Tante yang memiliki anak mengidap Celebral Palsy

Aku ga akan ngejelasin apa itu Celebral Palsy, kalian memiliki internet yang sangat percuma apabila hanya digunakan untuk melihat timeline atau berfantasi dengan pertunjukkan tak senonoh.

Sepupuku ini perempuan. Sekilas dia terlihat seperti anak perempuan lain berusia 7 tahun, manis, imut, dan lain sebagainya. Tapi karena penyakit yang dideritanya, di usia 7 tahun ini dia belum bisa berbicara jelas. Berjalan pun baru saja. Tingkahnya layaknya anak berusia 2 tahun, dengan ukuran badan 2x lipat dari anak berusia 2 tahun. Semua itu nggak cukup untuk membuat tanteku ini mengeluh. Dia sangat bahagia menerima apapun yang menjadi karunia Tuhan.

Apakah Tanteku ini hanya menerima dan merawat seadanya ? Enggak. Dulunya dia memiliki rumah besar, beserta tanah luas yang berada di pusat Jogjakarta. Demi pengobatan anaknya ini, dia jual dan sewakan semua tanah dan rumah yang dimilikinya. Kini Tanteku ini tinggal di sebuah kost-kostan yang berada di belakang rumahnya dulu. Sedih ? Enggak, dia sangat bangga dengan anaknya. Setiap aku kesana, dia pamerin hasil karya anaknya itu yang dia sekolahkan di sebuah sekolah alam..

Berkali-kali kita lupa mengenai apa itu bersyukur. Konyol memang ketika kita mengingat masalah yang kita keluhkan, lalu melihat masalah yang dialami oleh orang lain, dan masalah mereka jauh lebih serius. Dan terkadang,
"apa yang kita miliki saat ini adalah hal yang sangat diinginkan oleh orang lain, dan tanpa kita sadari kita juga menjadi orang lain itu."
Beranjak dari anak laki-laki yang tidak bisa mendengar, aku berkumpul dengan anak-anak yang lebih besar. Kira-kira mereka berusia 7 tahun. Mereka sedang bermain, berlarian dengan tawa lebar dan teriakan yang terkadang begitu risih didengarkan oleh telinga. Tak apa, mereka memang masih dalam masa bermain. Tidak ada laporan, paper, maupun presentasi yang memaksa mereka untuk tidak tertawa lepas.

Namun sampai kapan mereka akan tertawa lepas seperti ini ? Kelak mereka akan sadar mengenai apa yang hilang dari dalam hidup mereka, sosok penting yang merangkul, mendorong, mengarahkan, menenangkan, dan menarik mereka dengan penuh kasih sayang. Orang tua..

Kelak mereka akan menginjak remaja. Masa dimana anak-anak yang lain sudah melalui masa 'berpegangan' menuju masa 'membenci' orang tua mereka, sementara anak-anak ini masih bertanya-tanya "bagaimana rasanya berpegangan ?" 

Ingatkah kita ketika kita masih seusia mereka, Bagaimana kita merengek-rengek meminta mainan baru karena sudah bosan ? Meminta baju baru dengan gambar yang sesuai dengan keinginan kita ? Di lain sisi, anak-anak ini hanya menanti sumbangan-sumbangan orang-orang dermawan yang sudah bosan dengan apa yang mereka kenakan. Mereka tidak bisa melakukan fitur 'memilih' barang seperti yang anak-anak lain miliki. Karena semua yang mereka gunakan dan kenakan hanyalah pemberian dari orang-orang yang bosan..

Di saat berbuka, pandanganku terpaku dengan apa yang dikenakan oleh salah satu anak perempuan yang duduk didepanku. Perasaan miris, dan lapar bercampur aduk di tengah berbuka puasa. Anak itu mengenakan kaos putih, yang terlihat sudah cukup usang dan tentunya itu adalah salah satu sumbangan orang-orang dermawan. Di bagian belakang kaos itu, tersablon dengan cukup besar di bagian atas.
-Segaris kalimat yang aku sebutin di awal tulisan ini-
Bukan dia yang menginginkan kalimat tersebut tersablon di kaosnya, karena dia bukan Anggit. Dan dia tidak tahu bagaimana rasanya love papa mama 

Senin, 31 Maret 2014

8:31 PM - No comments

Pengecut

"Buanglah keraguanmu ! Tunjukkan nyalimu ! Jangan ragu, sekarang juga satu langkah maju ! Believe yourself !"

Itu tadi lirik dari lagu kepunyaan JKT48 yang judulnya River. Iya Sungai, Kali, entah apa yang jadi latar belakang dia nyiptain lagu itu. Kalau eyang gesang dulu nyiptain bengawan solo dengan duduk nyari inspirasi di tepi sungai bengawan solo. Apa mereka juga ngelakuin hal yang sama ? Puluhan cewek-cewek mungil imut duduk berjajar di tepian sungai dengan kostum khas mereka yang seperti itu ? Waaw..

Terlepas dari semua itu, aku disini mau bahas lanjutan dari postingan sebelumnya. 9 April, yang intinya berisi ajakan buat nggak golput. Walaupun tulisannya ngalor-ngidul tapi intinya itu !

Barusan liat KompasTV. Mereka ngeliput soal sebuah kampung dimana disebutin itu 'Kampung Bayaran'. Kesimpulan kasarnya, orang-orang di kampung itu bakal milih orang yang ngasih mereka bayaran buat maju jadi anggota legislatif. Mereka sendiri yang bilang kalau mereka seperti itu. Gila aja, sableng banget kan ?!

Parah lagi, ternyata ada orang yang ngebuka percaloan disana. Dia bisa ngasih orang-orang yang bakal milih tuh caleg asal bayarannya pas. Jadi daripada si caleg repot-repot keliling kampung bagiin duit, mending nemuin itu orang aja. Dia bisa ngasih hasil yang lebih berarti buat tuh caleg.

Sistem yang berjalan di Indonesia ini sebenernya keren abis loh sob. Bayangin kalian jadi si desainer sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Di benak kalian pas ngerancang itu bakalan muncul suatu negara dimana masyarakatnya hidup damai, penuh senyum, dan ga ada makian-makian ke pemerintah lewat twitter. Yang ngerancang itu udah bayangin gitu banget sob, tapi sayangnya yang bakal make tuh sistem adalah sekumpulan rakyat yang kebanyakan mikirnya pendek.

Tadi di KompasTV sendiri pas ngewawancarain salah satu warganya. Si warga bilang :
Iya mbak, kalau kita mah buka-bukaan aja. Kita bakal milih orang yang ngasih duit paling banyak. Ya apalagi ibu-ibu yang sukanya ngumpul noh, bakal girang banget dikasih duit apa sembako.
Kocak banget kan kata-katanya. Kita gabisa sepenuhnya nyalahin itu orang yang berpikiran "out of the box" gitu. Ada banyak faktor di belakangnya, ada banyak sebab yang pada akhirnya nyiptain seorang individu "out of the box" gitu. Dan sialnya, banyak banget di negeri ini individu yang diluar kotak. Kalau pak SBY tau dia pasti bilang "Saya prihatin.."

Coba mereka yang berpikiran seperti itu mikir lebih panjang lagi. Mereka nerima sembako karena apa ? Sembako mahal, duit mereka ga banyak buat beli sembako. Kenapa sembako bisa mahal ? Inflasi sob, gila-gilaan naiknya. Kenapa bisa inflasi ? Ya mungkin karena pemerintah yang gajelas kalik ya merjuangin ekonomi rakyat. Solusinya ? Ya bisa aja sih ngucurin subsidi buat sembako. Yakin subsidi bakalan murni buat rakyat ? Iya bisa ditebak sih, nggak bakalan murni buat rakyat. Mungkin dikit-dikit atau banyak bakal dicaplok juga ama wakil rakyat yang sebelumnya ngasih sembako buat rakyatnya. Balik modal bro..

Tapi, coba kita lihat dari sudut pandang lain. Seandainya para caleg nggak ada yang melakukan ini, apa yang terjadi ? Ada dua sih sebenernya yang bakalan terjadi. Yang pertama, jumlah yang memutuskan untuk golput semakin meningkat. Yang kedua, si warga bakalan memilih sesuai hati nurani mereka. Dan kemungkinan besar, pilihan pertama bakalan terjadi di negeri ini.

Masalah-masalah seperti ini sama complicatednya seperti seandainya ada orang yang ngaku sama istrinya dia terbang naik MH370, tapi kenyataannya dia lagi pergi ke rumah selingkuhannya. Dia gabisa gerak kemana-mana. Dan butuh keputusan tegas buat nyelesaiinnya.

Sama seperti masalah caleg dan warga ini. Bisa dibilang keduanya salah. Dan gatau siapa yang bakalan bisa ngebenerin semua ini. Aku sih cuma bisa berharap, semoga besok kita sebagai generasi muda enggak nerusin sifat-sifat generasi tua yang seperti ini deh. Pikirin dua kali, hukum alam itu bekerja dengan konsep "Bersusah-susah dahulu.". Yang namanya "Senang diawal" itu seimbang dengan "hancur dibelakang".

Seandainya caleg dengerin dan pahamin kata-katanya JKT48 di lagunya yang River. Mereka bakalan ngebuang keraguan, bernyali, dan PD. Mereka bakalan perang adu konsep, visi misi, dan kinerja. Ga bakalan ada yang cemen, cupu, pengecut dengan ngasih duit ke warga. Mereka bangga karena udah jadi pahlawan bagi rakyat, bukan bangga karena balik modal dan ke wedangan naik Camry hasil iuran warga yang dipotong dari jatah subsidi warga.

Pokoknya kita sebagai pewaris, kita harus ngerubah semua keruwetan yang ada.

Kalau kata om-om kumisan di History Channel :
Jangan pernah ngeremehin tindakan yang bisa kita lakukan selama itu benar !

Kamis, 27 Maret 2014

12:32 AM - No comments

9 April

"Awasi prosesnya... datang pilih coblos celup, semua demi mimpi untuk Indonesia satuu.." duung dudiing ding dididingding..

Buat kalian yang sering banget mantengin kompas TV, mesti ga asing lagi sama lagu itu. Yep, itu lagu yang jadi soundtrack iklan pemilu. Jadi ceritanya iklan itu ngajak kita buat ikutan berpartisipasi dalam pemilu. Di video klipnya sendiri, ada banyak orang dari semua kalangan ngungkapin kegembiraannya atas adanya pemilu. Mereka semua keliatan girang banget sob, lebih girang daripada dapet pacar seorang artis..

Tapi masalahnya, yang jadi ikon utama dalam videoklip tersebut adalah seorang pria dewasa yang joget dan jalan-jalan keliling kota dengan kepala yang berbentuk mic raksasa ! Ini memang terlihat tidak masalah tampil di dalam videoklip itu. Tapi bayangin aja kalau kalian lagi naik motor sendirian di jalan pelosok yang gelap gulita hanya ada lampu motor kalian, tiba-tiba sayup-sayup terdengar jingle soundtrack diatas. Mungkin awalnya kalian akan bersenandung girang, namun tiba-tiba motor kalian terasa berat dan saat kalian melihat spion tampak sesosok pria dengan kepala yang digantikan oleh mic raksasa duduk di jok belakang... Horor abis.

Terlepas dari itu semua, kita semua tau kan bakal ada event apa di 9 April besok ? Bukan, bukan kangenband yang bakal tampil di MTV World Stage. Bukan juga Momo geisha yang bakalan nyatain cinta ke aku. "Sorry, Mo. Hatiku udah ada yang memiliki, dan itu bukan kamu." | "Kuingin kau tau isi hatikuu, kaulah yang terakhir dalam hidupku.." | "Bodo amat, Mo."

Nggak ! Bukan semua itu. Yang bakalan terjadi besok 9 April adalah PEMILU ! Yep, PEMILihan Umum. Seperti yang udah diajarin guru-guru PPKn kita dari SD, pemilu itu adalah cara yang bakal digunain Indonesia untuk menentukan siapa yang bakalan jadi Wakil Rakyat dan Pemimpin Rakyat. Ini adalah suatu cara dimana kita memilih orang-orang yang menawarkan dirinya untuk menjadi Wakil dan Pemimpin Rakyat. Tentu itu bagian dari demokrasi.

Emang sih, aku juga kurang sreg ama cara ginian dimana suara terbanyak bakal menang. Tapi mau gimana lagi, ini adalah satu-satunya cara yang menurutku terbaik buat diterapkan. Masak iya harus diskusi ? 250 Juta rakyat Indonesia ga mungkin diskusi nentuin siapa presidennya via skype ? Nggak semua rakyat bakalan sempet ikut diskusi, seperti Momo yang lagi nangis gara-gara ditolak orang yang rendah hatinya luar biasa..

Di Pemilu ini, aturan mainnya udah jelas. Ada orang yang mengajukan diri, dan kita sebagai rakyat yang berhak tinggal milih siapa yang menurut kita cocok. Simpel sih, tapi ga sesimpel itu. Seperti kuliah perencanaan kota, awalnya sih cuma bilang "Kita cuma ngerencanain kota yang bagus." tapi prakteknya masih penuh dengan ilmu-ilmu yang kadang ga kepikiran kenapa itu ilmu harus dipelajarin.

Jadi, kita disini bukan asal milih. Kita harus nentuin pilihan itu bener-bener, harus matang-matang banget lah pokoknya. Kenapa sih harus gitu ? KARENA KITA GENERASI MUDA !! Jadi gini ilustrasinya :

Ada 3 orang caleg. Bilang aja namanya Gogor, Ghani, Ghavi (semua nama samaran). Gogor dan Ghani ini adalah caleg yang punya duit banyak dan berkeinginan untuk menambah lagi jumlah duit di rekening mereka dengan cara apapun. Sementara Ghavi, dia adalah caleg yang hidup sederhana, ramah, dan berkeinginan untuk memperbaiki kehidupan daerahnya. Mereka bertiga sama-sama berasal dari daerah pemilihan yang sama. Dan kuota kursi 2 orang.
Gogor dan Ghani karena punya duit banyak, mereka datang ke pedesaan dan menemui orang-orang tua yang tidak berpikiran luas. Mereka memberikan tiap-tiap orang itu uang 100rb apabila mereka memilih Gogor dan Ghani untuk menjadi Wakil Rakyat mereka. Tentu saja mereka semua mau melakukannya, karena pikiran mereka yang tidak luas.
Lain halnya dengan Ghavi. Dia tidak melakukan cara seperti itu. Dia memilih untuk kerja aktif membantu warga-warga di daerahnya dengan tulus. Hal ini sudah dilakukannya daridulu jauh sebelum dia memutuskan menjadi caleg. Dan dia aktif di berbagai organisasi kemanusiaan. 
 Lalu dimana pentingnya kita ?

Jadi gini, seandainya kita kaum muda apalagi mahasiswa yang berpikiran lebih luas daripada kaum tua tidak peduli akan Pemilu. Maka yang terjadi adalah, Gogor dan Ghani akan lolos dengan mudah menjadi Wakil Rakyat. Dan seperti yang sudah ditebak, rekening mereka bakalan makin banyak dan daerah yang seharusnya maju justru makin terpuruk. Mengenaskan..

Lain halnya kalau kita peduli, aktif. Kita akan memilih Ghavi dan akhirnya kursi yang terisi adalah Gogor dan Ghavi. Memang kita tidak meniadakan bersih suatu tindak korupsi. Namun langkah kecil yang kita lakukan kali ini bakalan nyelametin kurang lebih separuh uang rakyat yang berpotensi hilang tanpa jejak.

Terus gimana kita nentuin pilihan yang tepat ?

Kita bisa nentuin pilihan yang tepat, asal kita minat buat KEPO. Itu bahasa yang udah lumrah diucapin seseorang yang ngebet banget pengen tau apapun tentang suatu hal. Jadi, saran dari aku sih sebelum nentuin pilihan itu sebaiknya kita ngepoin dulu apapun tentang orang-orang yang ngajuin diri buat jadi pemimpin itu. Bisa dari internet, bisa lewat kampanye yang diomongin, atau liat poster-poster yang dia sebarin.

Sebenernya lebih asik sih kalau website www.kpu.go.id nampilin biodata lengkap para caleg. Nggak lengkap gapapa sih, yang penting dijabarin apa aja riwayat hidupnya dia, riwayat organisasi atau apalah gitu. Disana malah yang ditampilin cuma partai, nama, nomer, ama fotonya doang. Gimana kita bisa tau gampang mana orang yang tepat, nggak semua orang dikaruniai kekuatan supranatural dimana ngeliat foto seseorang langsung dipikiran tampak kualitasnya.

Kalau udah kepo, kita pikirin secara logis. Pantes ga tuh orang kita pilih, terus kita bayangin seandainya dia ntar jadi wakil rakyat bakalan gimana. Jadi disini sih saran aku juga, pilih orangnya jangan pilih partainya. Jangan terlalu kemakan media yang memberikan persepsi negatif di tiap partai. Bisa aja seseorang yang sebenarnya hebat namun berada di partai yang terlalu dijatuhkan oleh media, dan kita tidak jadi memilihnya hanya karena partainya. Inget KEPOin dulu orangnya !

Ribet banget, mending golput aja deh. Pusing.

Itu statement yang aku denger dari sebagian anak muda. Inget baik-baik kasus cerita di atas. Gogor dan Ghani bakalan berkuasa ketika kalian memilih untuk tidak peduli. Dan langsung atau tidak, kalian bakalan terkena dampaknya. Karma berlaku bro..

Lagian ruginya dobel. Pertama, korupsi bakalan meningkat tajam. Kedua, duit rakyat kebuang sia-sia buat ngadain suatu pemilu yang ga semuanya ikut. Jadi, mending kalian milih asal deh daripada golput. Mending asal milih, itu ada peluang buat milih yang bagus dibanding nggak milih sama sekali.

Buat Cowok, jangan mau sama cewek yang golput. Dia direpotin dikit buat masa depan yang lebih baik aja gamau. Apalagi besok dia ngurusin rumah, gamau repot dia. Bakalan nyewa pembantu, dan sekali lagi ngebebanin cowoknya yang nyari duit susah-susah malah buat pembantu. Mana pembantunya yang spesialis lagi, spesialis nyuci, spesialis masak, spesialis nyetrika, spesialis gosip.

Buat Cewek, jangan mau sama cowok yang golput. Dia ribet dikit juga gamau. Besok dia juga bakalan males banget nyari duit banyak-banyak. Paling ngepol yang penting bisa buat makan. Ga bakalan mau dia ntar buat beliin kalian para cewek ducati, pajero, villa mewah. Repot, buat apa, yang penting makan aja cukup.

Itu aja sih. Sekian. Selamat Malam @DesitaPPutri , jangan bobok malem-malem yah. Ntar diameter matanya makin sempit..