Kamis, 22 Januari 2015

7:48 PM - No comments

Pamer

Entah udah berapa bulan, atau berapa semester aku gapernah lagi nulis di blog ini. Udah banyak orang yang nanyain "Nulis lagi doong..", "Kok nggak update lagi blognya ?". Bahkan ada seorang 'Blogger Sejati' yang mencibir, "Blog og gapernah update, gimana mau dapet traffic sama iklan". Well, persetan dengan segala traffic dan iklan di blog orang-orang yang menganggap 'Blogger Sejati', terlalu banyak kerjaan buat meduliin hal-hal semacam itu. Oke, blog emang bisa menghasilkan duit lewat traffic pengunjung dan jumlah iklannya, tapi ketika aku tanyain si orang yang terjun ke dunia itu, dia jawab, "Selama ini, setahun ini aku udah menghasilkan 0.2 USD lewat iklan di blog."

Waaaaaw, hasil yang tentunya sangat menggiurkan. 0.2 USDollar dalam waktu 1 tahun. Kalo kasar aja kurs rupiah sekarang berbanding 10.000 tiap USD. Berarti dia dalam waktu 1 tahun menghasilkan 2 ribu Rupiah !! Bayangkan, apa yang bisa kamu dapatkan di dunia ini dengan 2000 rupiah. Dan bayangkan, 2000 rupiah itu hasil kerja kerasmu selama satu tahun..

Oke, ngomongin orang lain emang nggak ada habisnya..
Ini yang bikin susah buat nulis lagi

Dalam tulisan kali ini aku bakalan ngebahas mengenai 'Hobi'. Yap, sebuah tindakan yang dilakukan untuk mencari kesenangan setelahnya. Terdengar simpel dan jelas semua orang paham, tapi kali ini aku bakalan ngomongin betapa rumitnya sebuah 'Hobi' ini.

Setiap orang jelas memiliki hobi, dan jumlah hobi yang dipegang juga beragam. Tapi kalian sadar ga, seiring dengan berjalannya waktu, dan seiring bertambahnya cerita dalam hidup, ragam hobi ini juga semakin bertambah. Bayangin deh dulu waktu kita masih TK, apa coba hobi yang kita sebutkan ketika orang dewasa nanya dengan sok unyu, :
B : "Adek, hobinya apaa ?" 
A : "Menyanyi om.. " 
B : "Wah, baguus. Coba nyanyi cicak-cicak di dinding."

Nggak ada kan anak TK yang bilang begini :
B : "Adek, hobinya apaa ?"
A : "Selingkuh om.."
B : "Wah, baguus. Coba selingkuhannya siapa aja.."
A : "Temenku komplek satu, temenku les satu, temenku sekelas satu, sama anak om satu."
B : "Waah, pinter yaa. Adek masuk septictank muat kan yaa ?"

Hobi menggambar, mewarnai, menyanyi, baca puisi, itu adalah jawaban rata-rata mayoritas anak-anak kecil. Ya karena itu emang apa yang mereka pelajari di usianya. Dulu hobiku waktu awal-awal SD, itu Menyanyi. Hobi itu aku putuskan menjadi jawaban atas segala pertanyaan setelah aku hapal lagu "Ada Apa Denganmu"nya Peterpan sama "Jujur"nya Radja. Mungkin saat ini kalian ngerasa konyol, tapi ketahuilah dulu itu hapal kedua lagu itu udah Keren Banget. Setiap ada yang nyanyi itu dan liriknya salah, pasti aku koreksi. Dan kemudian kita nyanyi bersama. Geli ya ? Tapi percayalah, aku sekarang udah berubah.

Tapi sekarang, di usia kita yang udah menginjak remaja dan berangkat ke dewasa ini jumlah jawaban akan pertanyaan mengenai hobi udah nggak bisa dihitung lagi. Ragamnya berkali-kali lipat lebih banyak, dan bahkan semakin detail dari tiap hobi yang biasanya. Menggambar misalnya, ada Abstract Painting, Classic Painting, Surrealism Painting, dan painting painting lain yang lebih detail mengenai medianya, bahannya, atau lokasinya. Mungkin besok bakal ditemuin orang yang hobinya :
"Menyanyi Dangdut House Remix Khas Avicii Durasi 3 Menit 3 Detik Diatas Panggung Bambu Diameter 15 Cm Sound System Marshall 32 Channel Dihadapan 512 Orang Berusia Diatas 15 Tahun Dibawah 28 Tahun Pada Pukul 16.43"
Ya, mungkin aja lho ada orang yang semacam itu. Ketahuilah, cara orang untuk mendapat kebahagiaan itu berbeda-beda. Ada orang yang ngelihat daun gerak aja bahagia, ada orang yang ngelihat jerapah pup ditengah perempatan aja bahagia, dan ada orang yang seribet diatas buat dapetin kebahagiaannya. Siapa yang tahu coba ? Nggak mungkin kan kita kenal satu persatu orang di dunia ini. Bego kan orang yang bilang "Mana ada orang kek gitu di dunia ini.."

Balik lagi ke topik utama. Tapi sayangnya, perkembangan jumlah hobi ini digunakan oleh oknum-oknum tertentu yang dengan yakinnya memilih hobi tapi tidak menjiwainya. Maksudnya ?? Oke aku jelasin perlahan-lahan. Jadi orang-orang ini kita sebut sebagai oknum. Kenapa oknum ? Ya karena mereka kebanyakan justru mengakibatkan keburukan bagi hobi yang mereka 'Akui' sebagai hobi mereka.

Biar gampangnya, aku ilustrasiin dengan cerita deh. Aku punya 2 temen yang sesuai dengan topik ini, yang satu namanya Sofyan, yang satu namanya Rendy. Mereka berdua, memiliki hobi yang sama, yaitu "naik gunung". Kedua orang ini nggak saling mengenal, mereka hanyalah 2 insan yang hadir dan membantuku mengisi kisah hidupku. Cuih..

Sofyan, adalah seorang yang memiliki hobi mendaki gunung. Di setiap petualangannya mendaki gunung-gunung di dunia ini dia selalu mempersiapkan segalanya dengan baik. Baik dari segi fisik, maupun peralatan. Dia sadar, alam ini memiliki kekuatan yang tidak terduga besarnya dan kapan dikeluarkannya. Sehingga perlengkapan pendakian selalu menemaninya di setiap perjalanan. Selain itu dia selalu berpegang teguh pada pedoman "Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak, Jangan ambil apapun kecuali gambar, Jangan bunuh apapun kecuali waktu". Yaa, pedoman bagi semua orang yang terjun dalam hobi yang berkaitan dengan alam dan lingkungan.

Sepulang dari setiap gunung, dia selalu membawa cerita yang asik untuk didengar mengenai pengalamannya di gunung itu. Selain itu, dia juga selalu memperlihatkan foto-foto keindahan alam disana, dan kondisinya. Tidak lupa bagaimana pemandangan di puncak gunung tersebut, lengkap dengan dirinya yang berpose di puncak tersebut. Di perjalanan menuruni gunung, dia juga menyempatkan diri untuk memunguti sampah yang ditinggalkan pendaki lain, dan mengumpulkannya di sebuah trashbag untuk dibuang di bawah.

Sungguh pria yang baik hati. Kabar baiknya, dia masih jomblo..


Rendy, adalah seorang yang memiliki hobi mendaki gunung pula. Ya, sampai sini dia memang terlihat sama dengan Sofyan. Sama-sama mengaku kalau hobinya naik gunung. Persiapan yang dilakukan oleh Rendy ini tidak seribet Sofyan. Hanya berbekal sepatu seadanya, celana pendek, jaket biasa, dan tas gaul dengan desain warna polos beserta merk yang tercetak jelas ditengah. Penampilannya layaknya anak yang mau jalan ke mall. Yah, mungkin bagi dia naik gunung itu mirip kek naik eskalator di mall. Sungguh anak yang 'Gaul'..

Dalam perjalanannya, dia selalu update baik twitter, path, BBM, atau apapun itu. "Berenti dulu dibawah beli bekal" "Bentar lagi sampe pos pendakian" "Siap mendakiii !" "Absen dulu nih di gerbang bawah". Daaaaan update-update lain disertai foto full penampilannya sebagai fokus utama dengan alam sebagai background.

Sesampainya dipuncak, dia udah nyiapin kertas berlembar-lembar lengkap dengan spidol. Langsung deh, dia foto-foto dirinya memegang kertas dengan tulisan "Puncak Gunung 5021 mdpl" "Love you Zaskia" "Happy Birthday Aisyah" hingga tulisan "Utangnya dibayar besok yah @Cuplis". Semua foto dia megang tulisan itu bakalan di share di medsosnya. Selesai dipake, itu kertas dibikin pesawat lalu diterbangin dari atas. Puluhan lembar, sampe semua kertas abis jd pesawat buang. Bener-bener anak yang keren..

Cerita yang disampaikan ke teman-temannya pun berkutat tentang dirinya sendiri. Dan kebanyakan, dibumbui dengan nuansa berlebihan. "Aku kemaren, naik ke puncak gunung cuma pake kaos gini doang sama celana pendek. Nih fotonya." atau gini "Gunung gitu doang sih cemeen, ga capek aku. Sampe bawah aja aku langsung kerja bakti bikin bandara di komplek."

Sungguh cowok yang keren. Pasti banyak cewek yang bangga punya cowok begini, udah penampilan keren, hobinya tangguh, hebat lagi..

Dari kedua kisah temenku diatas, kalian sadar ga, mana yang Hobi Naik Gunung ?

Oknum-oknum ini emang banyak dijumpai. Dan banyak hobi yang jadi sasaran pengakuannya. Kebanyakan sih hobi yang dalam aktivitasnya butuh duit banyak, dan menunjukkan betapa prestisnya diri apabila memiliki hobi itu. Banyak kan hobi-hobi semacem itu ?

"Yeah, I have a DSLR Camera with wide and tele lens attached in my cam. Absolutely, I'm a Photographer. I'd love to hunt many picture anytime and anywhere. You can't forbid me to pass through to your place. 'Cause I'm a Photographer ! I can be anywhere and anytime that I want ! I AM a PHOTOGRAPHER !!"

Mungkin banyak dari kalian yang baca, berpikir "Ya biarin aja kenapa sih, hidup-hidup dia. Ngapain kamu ikutan ribet. Dia aja nggak masalahin juga.."

Oke, aku nggak nyalahin statement itu. Itu bener kok. Emang hidup-hidup dia, suka-suka dia. Tapi pernah nggak kalian berpikir, gimana dampak ulah "Oknum-Oknum" itu terhadap sebuah hobi bagi orang yang serius ? Memang tidak berdampak apabila hanya 1-2 orang yang menjadi "Oknum". Tapi ini jadi masalah serius ketika "Oknum" ini menjadi sebuah gerakan masif dan berisi banyak orang se-tipe didalamnya.

Ilustrasi aja deh biar kalian gampang memahaminya. Jadi gini, ketika kalian melihat orang-orang bermotor sejenis, berkumpul di pinggir jalan. Memarkirkan motornya berjajar rapi, dan terlihat seperti tukang ojek yang menanti penumpang dari bis malam. Di benak kalian bakalan tercetus ungkapan, "Itu geng motor..", "Serem ah, jangan deket-deket.", hingga "Ini bentar lagi mau tawuran nih." Benarkan ? Ya, itu adalah sudut pandang hasil gerakan masif dan terstruktur "Oknum-Oknum" yang mengaku hobi otomotif.

Banyak kan berita dan aku yakin kalian juga pernah liat, segerombolan pemuda, bawa motor yang gajelas gimana bentuknya, tanpa asesoris pengaman, dan cara berkendara di jalan layaknya Vin Diesel di Fast n Furious versi motor rombeng. Mereka sebenernya hanyalah orang-orang yang haus akan pengakuan dunia, dan "Hobi Otomotif" menjadi sarana yang menjanjikan untuk mendapatkan pengakuan itu. Berbekal motor seadanya yang ada di rumah, kemudian mereka kacaukan desain motor yang udah dihitung matang-matang oleh produsen jepang, lalu mereka turun ke jalan. Berhasil kah menarik perhatian ? Of course, you can see how much 'cabe-cabean' join with them..

Tingkah laku Oknum seperti ini mengakibatkan orang-orang yang serius dalam hobi otomotif, mendapatkan cap buruk dari masyarakat. Sebenernya apa sih yang dilakukan penghobi otomotif serius sebenernya ? Pertama, kita terjun atas dasar kecintaan kita terhadap otomotif. No cabe-cabean, No drinks, and No Fight. Kita berkumpul hanya sekedar sharing, baik pengalaman, atau soal modifikasi. Tujuan kita pun sebenernya ingin mengkampanyekan Safety Riding dan Safety Driving bagi khalayak umum. Baik kan ? Tentu saja, namun karena ulah Oknum masif tadi, di beberapa tempat kerap kita dibubarkan. Baik oleh polisi, maupun masyarakat. Sedih ? Iya..

Ngerti kan alasannya, kenapa ini bukan menjadi hal yang "Hidup-hidup dia, terserah dia.."

Kalau udah tau gitu, mari kita mikir tentang pengakuan kita akan hobi yang kita ambil. Pada dasarnya, sebuah hobi itu hanyalah tindakan yang menghasilkan kebahagiaan bagi diri kita. Bahagia dari banyak sisi, entah menghasilkan senyuman, entah menghasilkan kepuasan, atau justru kemarahan. Terserah kita sendiri, kita yang nentuin soal rasa apa yang bakalan didapat.

Ketika kamu mengaku punya banyak hobi, dan kamu baru mendapatkan kebahagiaan setelah memamerkannya. Mungkin hobi kamu sebenernya cuma satu. Yap, PAMER..