11:28 PM -
No comments


3 Tahun di Bawah, 3 Tahun di Atas
"When it gets hard, you know it can get hard sometimes. It is the only thing that makes us feel alive.."
Cuplikan diatas diambil dari lagunya Ed Sheeran yang judulnya 'Photograph'. Lagu ini nyeritain tentang orang yang lagi menjalin hubungan jarak jauh. Iya, LDR. Ya meskipun aku sendiri juga belum pernah ngerasain gimana rasanya LDR. Sebenernya relationshipku sama Raisa cuma sebatas fans-phobia-ngaca dan Artis-menebar-harapan, tapi kita berdua sama-sama sadar kalau hubungan kita nggak bisa lebih dari itu. Meskipun berat, kita coba untuk menjalaninya, demi keseimbangan semesta raya. Tsaaaaah...
Lupain soal itu, kembali ke Photographnya Ed Sheeran. Beneran deh, kalian bakal nyesel seandainya udah di akherat dan kalian belum pernah dengerin lagu ini di dunia. Ya meskipun masalah yang dibahas lagu itu sebenernya cetek banget, 'nggak bisa ketemu, tapi kamu nyimpen fotoku. Itu aja buat ngobatin kangenmu.' Iyaa, gitu aja masalahnya. Kalau aja Ed Sheeran paham medsos, lagu ini mungkin gabakal tercipta. Ya, disinilah dampak negatif medsos. Susah memberi inspirasi buat lagu romantis.
Tulisan kali ini aku bakalan ngebahas soal 'Dewasa'. Noooo, aku ga bakal bikin tulisan tentang 'Cerita Dewasa'. Aku juga gapernah berpikiran buat bikin tulisan begituan. Pernah kan kalian baca 'cerita' itu ? Jujur aja deh. Oke, jujur aku juga pernah baca tulisan seperti itu. Dan aku bener-bener nggak paham gimana pola pikir si penulis, dan inspirasi apa yang bisa bikin dia menulis seperti itu. Seorang J.K Rowling, maupun C.S Lewis aku kira gabakal bisa nulis cerita dengan visualisasi yang mendetail seperti yang penulis 'Cerita Dewasa' lakukan. Lewis gabakalan berpikiran buat nulis,
"Aslan, seekor singa dengan tinggi 6,4 kaki, lingkar perut 257 cm, panjang ekor 89 cm, dan mata rabun jauh -2,25. Sedang mengaum, memperlihatkan giginya yang berjumlah 37 biji, dan lidah yang dipenuhi dengan enzim ptialin. Dia mengaum dengan suara 78 db, mengalahkan besarnya suara knalpot anak resing labil yang lagi menjaring cabe." Nggak, dia gabakal nulis begitu, namun penulis cerita dewasa bakalan nulis itu, dengan subjek yang berbeda tentunya..
Sebenernya apa sih yang dimaksud dengan keadaan seseorang yang menyandang titel "dewasa" ini ? Kalau aku buka di KBBI sih gini :
![]() |
Definisi dari KBBI |
Jujur, aku nggak ngerti gimana cara ngebaca kamus ini. Seriously, maksudnya apa tiba-tiba ada kalimat "Tarif pangkas rambut untuk orang berbeda dengan tarif untuk anak-anak". Iya, kenapa ada tukang potong rambut yang sempet-sempetnya berkecimpung di penerjemahan sebuah kata ? Aku rasa tukang potong rambut udah cukup kurang kerjaan ketika dia bertanya, "Kependekan ga mas motongnya ?" (Kalau aku jawab iya, tindakan apa yang bakal dia lakukan ?). Terus ada lagi di bawahnya, "Cara berpikirnya sudah kelamin." WTF, maksudnya dewasa adalah ketika cara berpikir kita berpusat ke tujuan kelamin gitu ? Nggak ngerti..
Jadi kalau aku berusaha untuk memahami maksud dari KBBI ini, dewasa itu dibagi jadi 2 kisah. Kisah pertama yaitu dewasa fisik, dan kisah kedua yaitu dewasa psikis. Penting mana ? Pilih mana ? Keduanya bukanlah pilihan. Keduanya itu bakalan dijalani oleh orang normal yang tumbuh dan berkembang di lingkungan yang normal pula. Tapi silahkan aja sih seandainya mau milih, mau fisik Ayasha Putri tp psikis Khofifah Indar atau fisik Jason Statam tp psikis Sony Wakwaw. Idup-idupmu sendiri, tanggung sendiri..
Untuk dewasa secara fisik, aku yakin kalian semua udah paham. Apalagi bagi seorang cowok, pasti paham bener bedanya dewasa fisik antara Ayasha Putri, Nabilah Ayu, sama Sandra Dewi. Hmmm, yaaa jelaaas..
Tapi kali ini, yang aku nggak ngerti adalah kriteria dewasa secara psikis. Iya, kejiwaannya. Sebenernya apasih kriteria seseorang ini dianggap "dewasa" ? Bener-bener kabur banget maksudnya dan penilaiannya. Sering kan kita dihadapi dengan kata-kata "Dewasalah dalam bersikap", "Selesaikan masalah secara dewasa", dan lain sebagainya. Ya, orang-orang yang mengaku lebih bijak itu seenaknya aja ngomong gitu tanpa penjelasan yang jelas mengenai makna kata yang diucapkannya. Hmmm, bijak ya ? Atau sok bijak ? Entahlah, itu udah diluar batas urusan kita.
Udah beberapa bulan ini aku nyoba aplikasi chatting lain, selain Whatsapp. Aku emang tipikal orang 'kuno' yang males buat ngikutin jalannya zaman, jadi penggunaan aplikasi baru ini jadi sebuah langkah besar. wussss. Aplikasi yang udah terkenal lama tapi baru booming penggunanya baru-baru ini, yep Blackberry Messenger. Atau biasanya disingkat BBM. Dan singkatan ini melahirkan sebuah joke yang menurutku super garing banget. Entah siapa yang nyiptain joke ini, bahkan pertama kali ngedengernya pun reaksi yang aku keluarkan itu "So, where's the funny ?". Kalian pasti pernah denger ini,
"Bro, harga BBM naik lagi nih. Gimana sih pemerintahnya ga becus banget." (In Indonesia, We like to blame our government for everything.) | "Ga masalah bro, aku sekarang udah gapake BBM. Aku sekarang pake Whatsapp, Line.."| ...... (Jangkrik aja males nanggepin)
Berbeda dengan di whatsapp, dimana jalannya chatting ini benar-benar tenang. Kita chat bener-bener berasa private room for private chat. Ga ada yang ngeganggu dari luar. Hal ini berbeda jauh rasanya ketika kita berada di BBM. Disana nih kita chat berasa lagi ngobrol di pasar. Iya, emang chat antara 2 individu, tapi diluarnya banyak banget orang yang ngomong. Di kolom yang namanya "Recent Update". Notifikasi yang muncul di kolom itu isinya orang yang ngganti foto profil, update status, atau apalah yang menunjukan perubahan pada orang itu. Ini yang menurutku bikin suasana chat berkesan lagi di tempat rame.
Tapi ada untungnya ada begituan. Ketika kita bener-bener gabut, dan ga ada chat apapun di HP, kita bisa buka tab itu dan ngeliat sebuah dunia yang terkadang konyol. Mirip twitter ? Nope, sama konsep tapi beda rasa. Nah, suatu ketika aku lagi sweeping di kolom Recent Update ini. Aku nemuin seseorang yang mendominasi di setiap waktu. Iya, dia seorang cewek, berusia 3 tahun mungkin di bawahku. Dan jujur, pemikiran tulisan ini muncul akibat tingkahnya di Recent Update ini.
Anggep aja namanya Kara, (entah kenapa, suka aja sama nama ini meski belum pernah ketemu cewek dengan nama ini. Sayangnya nama ini udah melekat dengan santen, damn you santen kara maker..). Dia berusia 3 tahun dibawahku, mungkin. Dan dia punya seorang cowok, anggep aja namanya Reno. Kara ini seneng banget update. Dalam satu menit, mungkin dia bisa update 2-3 kali. Serius, ini terjadi. Entah update status, atau ganti foto. Dalam suatu ketika,
"Sayang kamu ren :*" 54 minutes ago"Kangen kamu..:(" 54 minutes agoKara changed display picture 52 minutes ago"Makasih waktunya ren :*" 52 minutes ago"Selamat malam sayang *bighug*" 51 minutes ago"Sleep well :*" 51 minutes agoKara changed display picture 50 minutes ago"Kapan DPnya diganti fotoku :')" 49 minutes ago (terlihat seperti mulai muncul masalah)"Ah, bullshit.." 48 minutes ago"Kapan kamu bisa berubah ??" 48 minutes ago"DEWASA O DIKIT REN !" 47 minutes ago
Entah apa yang aku rasain saat itu ketika menjadi pemantau recent update. Bingung ? Of course, it just 5 minutes. Hanya dengan 5 menit bisa merubah keadaan dengan bertolak belakang. Kasian ? Iya, kasian banget orang yang pacaran yang dikit-dikit dimasalahin. Ketawa ? Nggak usah tanya deh, ini jauh lebih lucu dibanding joke BBM, dan ini bahkan nggak bertujuan untuk melucu. Seseorang yang menurut sudut pandangku belum dewasa, ngatain orang lain buat dewasa.. *big applause*
Oke, kita nemuin sebuah kata kunci. "Sudut Pandang". Bagi si Kara, dia ini udah cukup bertingkah dewasa. Karena nggak mungkin seseorang ngatain orang lain ga dewasa, kalau dirinya sendiri nggak ngerasa dewasa. Iya, mungkin di usianya yang 17 tahun, persepsinya akan sikap yang dewasa adalah seperti itu. Tapi di sudut pandang dari orang berusia 20 tahun ? Itu terlihat konyol. Dan banyak dari kita yang mungkin bakal ngatain, "Aah, dasar bocah labil. Ngerti apa kau soal dewasa. Sekolah dulu yang baek sana.."
Got it ? Apa sih yang sebenernya mempengaruhi sebuah sudut pandang ? Usia ? Umm, 20 tahun diasuh babysitter sama 20 tahun diasuh kerasnya hidup tentu punya sudut pandang beda. Pengalaman ? Oke, masuk akal. Kara anggep itu sebagai tingkah dewasa karena mungkin dia belum sadar apa bedanya anak keren dan anak labil. Dan kita anggep itu tingkah konyol, mungkin karena kita udah sedikit paham bedanya.
Terus apasih artinya "Dewasa" ini ? Kesimpulan apa yang bakalan muncul atas semua ungkapan dewasa ini ?
Hmm, aku milih buat ngebuang ungkapan "Dewasa Psikis" ini. Kenapa ? Karena nggak ada gunanya kita berdebat tentang sebuah sikap yang katanya "Penting" ini. Persepsi akan sikap yang "Sudah Dewasa" ini berkembang seiring berjalannya usia plus bertambahnya pengalaman. Terlalu cetek ketika kita bersikap dengan tujuan mencapai titel "Dewasa" di mata orang lain. Iya siapa sih orang lain ini, mereka kan seenaknya aja nganggep "Oh dia sudah dewasa", "Dia masih jauh dari kata dewasa". Itu semua tergantung dari persepsi masing masing individu kan ? Buat apa ngejar titel yang kriteria dapetnya gajelas.
Itu hanyalah sebuah sebutan kosong ketika kita menjalaninya tanpa paham isi di dalamnya.
Kara emang masih anak labil, tapi emang kalian yakin kalau kita nggak terlihat seperti Kara oleh orang yang 3 tahun diatas kita ?
0 komentar:
Posting Komentar