Selasa, 03 Desember 2013

10:58 PM - No comments

Formal

"Unconditional, unconditionally.. I will love you Unconditionally..." 

Keren banget kata-kata lagu punya tante Katy Perry itu. Entah, setiap lagu yang berbahasa inggris itu apapun kata-katanya terdengar keren, penuh makna, dan meresap dihati. tsaah..

Bandingin ama :
"Aku terjatuh dan tak bisa bangkit lagi, aku tenggelam dalam lautan luka dalam, aku tersesat dan tak tahu arah jalan pulang.. Aku tanpamu, butiran debu..."

Coba kalian bawa gitar, sambil nyanyiin lagu tadi di depan cewek yang kalian incer. Reaksi yang tercipta juga bakal cukup beda.
Reaksi lagu 1 : Dia bakal senyum yang bikin diabetes. Duuh..
Reaksi lagu 2 : "Najis bgt sih kamu" sambil mbawain pasir, sabun, ama air buat digosok 8x.

Lupain, tentang lagu-lagu itu. Aku sekarang ga bakal ngomongin hal diatas. Kali ini aku bakal nyampein pikiranku tentang "Perilaku Formal". Yep, sebuah perilaku yang banyak banget orang yang terpengaruh buat ngejalaninnya.

Kalau kata sebuah website yang gatau siapa yang bikin, dan ga penting juga buat tau. Formal itu berarti resmi. Ada juga yang bilang, formal itu sesuai dengan adat-adat yang berlaku. Tapi yang jadi ganjelan dihati ini adalah,"Buat apa sih kita harus bertindak formal ?"

Bosen banget loh kalau kita berkutat di sebuah lingkungan yang terlalu formal. Bayangin aja, semua macem udah ada skenarionya. Percakapan yang terjadi itu penuh dengan kedataran yang makin memperbosan suasana. Apalagi kata-kata yang digunain. Bah, ribet banget.

Contoh yang aku alamin di masa kuliah ini misalnya di sebuah Presentasi dari sebuah kelompok yang lagi sial ditugasin buat maju oleh dosen yang sebenernya males ngajar namun menutupinya dengan ucapan modus "Biar kalian belajar aktif". Fak.-_- "We have no power here.."

Yang ngebosenin saat ini dari sebuah presentasi formal ala mahasiswa misalnya "Cerita yang dimasukin seutuhnya ke layar". Kadang ga habis pikir, dapet cara darimana masukin sebuah cerita panjang ke sebuah layar presentasi yang lazimnya cuma bisa menampung beberapa kata. Bener kata dosen PPKn (Namanya bukan PPKn sih, tapi apa gitu. Bodo amat, isinya sama aja) barusan,"It's powerPOINT. Not powerSENTENCE." yep, Poin. Bukan cerita. Selain itu, yang makin ngebosenin adalah pemilihan kata yang digunakan. Parah abis, sering banget di tengah presentasi itu terjadi percakapan :
Pembicara : "Implementasinya sangat sulit.."
Aku          : "Sob, Implementasi apaan ?"
Sebelah     : "Umm, itu gimana ya. Kayak penerapan gitu lah."
Pembicara : "Menurut permen nomer.."
Aku          : "Permen kok diturutin sih ? Bego ya dia ?"
Sebelah     : "Peraturan Menteri -_-"

Apa sih sebenernya enaknya pake kata-kata yang ga lazim macem gitu ? Daripada ngomong Implementasi, kenapa nggak ngomong "Penerapan". Itu lebih simpel dan lebih merasuk dihati. Kapan negeri ini bisa maju, kalau hal-hal yang sebenernya mudah aja dipersulit kayak gini ? Emang sih kata Implementasi berkesan Shopisticated, Amazing, dan Luxury banget. Tapi sejak Vicky Prasetyo muncul, denger kayak gitu tuh jadi kebayang wajahnya dan cara ngomongnya yang memicu anak TK aisyiah demonstrasi teatrikal longmarch dan bakar ban.

Selain itu, banyak juga perilaku sehari-hari orang kebanyakan yang datar banget. Misalnya cara turun tangga. Dulu waktu SD, turun tangga itu sesuatu yang menyenangkan karena kita bisa seluncuran di pegangan tangga. Dulu rame-rame banyak temennya yang ngelakuin itu. Itu asik banget. Beranjak SMP, hanya beberapa orang pilihan yang melakukannya. SMA, karena tangganya nggak ada pegangannya, jdi gapernah. Dan kuliah ini, cuma aku sendiri.. sedih.

Orang-orang lebih milih jalan di tangga biasa. Padahal kata iklan susu orang tua, dengkul tuh dapet beban 10x beban tubuh kalau lagi nurunin tangga. Bayangin kalau bobotmu 100kg, tuh dengkul nerima 1 ton. Ancur-ancur deh. Apa asiknya coba, turun tangga datar bgt rasanya. Mikirin masalah-masalah, galau, capek. Mending seluncuran di pegangan tangga, sejenak ngelupain masalah, sejenak menyenangkan otak kita. Sekali lagi, formal itu mempersulit hal yang sebenernya mudah dan menyenangkan.

Ada juga masalah Hujan-Hujanan. Kebanyakan orang itu menghindari yang namanya "Kehujanan". Apalagi yang namanya kubangan air. Entah kenapa semua pada ngehindarin hal ini. Apa sih yang ditakutin ? Sepatu basah ? Celana basah ? Pikirin lagi deh, itu ga ada apa-apanya dibanding kamu nyiptain sebuah cipratan spektakuler dengan ngebut menerjang kubangan itu. Buat apa kamu ngelawan alam disaat kamu bisa bersenang-senang dengannya..

Sering sih, kalau ada hujan badai. Aku sama adik yang ga kalah begonya ini keluar rumah boncengan pake motor buat berburu genangan air. Disaat hujan lebat, orang-orang pada pengen dirumah aja, kita keluar buat liat pemandangan yang ga bisa dilihat kalau suasana cerah. Ngelewatin genangan yang bikin knalpot kelelep, ngeliatin pohon-pohon yang tumbang dijalan, berusaha bikin cipratan yang spektakuler. Dan orang-orang lebih milih tidur di rumah dibanding ngalamin semua ini ? Itu bego.

Mungkin banyak yang menganggap, perilaku total formal ini sebagai syarat untuk seseorang menjadi Dewasa. Menurutku, itu nggak lebih dari sebuah gengsi. Kita seperti diarahkan perlahan untuk bersifat kaku seperti ini, full of gengsi, dan mengedepankan apa persepsi orang lain terhadap diri kita. Sadar nggak sih efeknya apaan ? Bayangin deh, gimana bedanya sifat kreatifitas dan keingintahuan kita sekarang dibanding waktu TK ? Yep, perilaku formal ini perlahan mengikis kreatifitas dan keingintahuan kita. Kalau kamu berpikir kalau kamu masih kreatif, maka seharusnya kamu bisa lebih kreatif dari itu seandainya kita nggak kenal semua hal tentang formal.

"Tidak seperti waktu TK dimana jika melihat sebuah alat sederhana kita berpikir 'how it works ?', sekarang kita justru berpikir 'how it use ?' "

0 komentar:

Posting Komentar