Selasa, 28 Mei 2013

11:50 PM - No comments

Cuma Iri

Setelah sekian lama pasca UN jadi tuna wisma, akhirnya keluar juga kertas tanda kelulusan. Dimana sebagian orang dengan entah nafsu apa yang merasukinya, menanti hal itu dengan adrenalin tinggi. Mungkin bagi mereka, nunggu predikat lulus itu macam naik "Becak wisata CFD dengan full lampu LED warnawarni, full musik dari Wali, dan keadaan turun dari gunung." Entah kenapa, orang-orang itu begitu histeris dalam menanti embel-embel "LULUS". Kalau saja mereka orang yang peka, mereka bakal tau mereka lulus atau enggak sesaat setelah ngerjain UN.

Begitu juga dengan dunia twitter. Dunia twitter berubah derastis, dari sebelumnya adalah lembar anak muda yang kepengen masalahnya dipublikasikan. Berubah menjadi Halaman Religius. Waaw, sempet dulu ngira kalau salah masukin alamat website MTA. Isinya doa-doa, harapan-harapan kepada Tuhan, dsb. Aku juga nggak mau suudzon, dan aku yakin mereka juga berdoa setelah ibadah pula. Dan mereka merasa belum cukup, sehingga mereka juga meminta di Twitter. Hanya dia dan Tuhan yang tahu..

Nah yang jadi masalahku sekarang adalah, waktu setelah itu. Yep, pengumuman SNMPTN. Sebenernya aku udah tau sih hasilnya dari temennya Ibu yang jadi panitia SNMPTN ini. Dan aku juga udah terima semua yang bakal didapet. Sebelum waktu pengumuman, banyak sih yang minta sejenis penenangan batin ke aku. Dia takut kalau nggak lolos SNMPTN gimana. Dan oke, aku cuma berusaha ngasih semangat aja. Mau apalagi ? Kalau aku jadi presiden di usiaku sekarang ini, bakal aku lolosin deh semuanya..

Sebenernya, pada saat itu aku pengen bilang. Kebetulan orang-orang itu adalah satu SMA denganku. Pengen bilang kalau, Nilai kita itu nggak akan bisa bersaing dengan SMA-SMA lain. Tapi, apa setega itu juga ngehancurin harapan-mimpi seseorang ? Asik loh menanti sesuatu yang diinginkan itu. Terlebih kalau harapan itu sangat kecil kemungkinannya akan terjadi. Nggak seperti lulus-lulus tadi..-_-

Jadi gini nih kasusnya. Masalah 'NILAI'. Ya mungkin buat kalian yang nggak dari SMA yang sama denganku, nggak akan tau rasanya sih. Guru-guru disini itu menurutku bisa dianggap sedikit sekali menghargai kerja keras muridnya. Seperti contohnya Seni Lukis. Bagaimana mungkin sebuah lukisan dinilai dengan angka 69 ? Kenapa tidak 70 ? Apakah ada gitu, "owh ini warnanya kurang wah dikit. Jadi gabisa 70. Cukup 69." ? Masalah seni aja segitunya, apalagi pelajaran yang jadi pokok ?

Semua ini juga tentang masalah KKM. KKM disini terlampau rendah. Rata-rata sih 65 untuk KKM. Ya mungkin menurut kalian yang dari sekolah lain, ini mudah. Anda bisa dianggap lulus saat nilai kalian 66. Namun pada akhirnya, semua ini sangat merugikan diri kami sendiri. Ketika kita sama-sama remidi. Kami mendapat maksimal 66. Dan kalian 75. Jauh bukan ? Oke, disini ada istilah Bonus Nilai. Tapi itu juga maksimal +3. Ini hanya sebagian kecil, lebihnya lagi, mendapat angka 70 disini itu nggak semudah yang dibayangkan. Juga ada masalah UKK dan UTS yang dilaksanakan tanpa disertai remidi.

Dan semua masalah itu makin besar ketika berhadapan dengan SNMPTN. Karena seleksi kali ini, hanya dijaring berdasarkan murni dari nilai rapor. Bisa rasakan bagaimana adilnya ? Ketika anda susah-susah berusaha, dan hanya diberi penghargaan kecil. Jauh lebih kecil dibanding orang lain yang sedikit lebih mudah, namun diberi penghargaan besar. Dan pada akhirnya, orang-orang mudah itu mendapat hasil yang lebih menyenangkan ? Ini kurang begitu adil..

Sempat mendapat angin segar dari sekolah, mungkin mereka hanya memberi sebuah proyeksi oase. Sekolah bilang kalau semua ini akan diperhitungkan juga faktor sekolah dan KKMnya. Dan saat itu, para petinggi sekolah bilang kalau sekolah kami ini punya nilai yang tinggi di mata Universitas. Pada akhirnya, semua ini nggak lebih dari fatamorgana. wussssss.....*suasanapadangpasir*

Sekolah juga bilang kalau kami mendapat perlakuan khusus. Sekolah bilang kalau kami sudah mendapat kursi, sesuai dengan alumni kami yang diterima di tempat melalui jalur undangan. Dan pada akhirnya, kami hanya menjadi korban PHP. Mungkin setelah ini, nama twitter kami akan diganti dengan *Korban PHP*

Untuk semua masalah diatas, Bundaku dan orang-orang komite yang lain pernah memprotes keras mengenai sistim nilai di SMA ini. Bahkan kepala sekolah pada saat itu juga, ikut memprotes nilai itu. Bapak Kepala Sekolah bilang "Nilai nilai kita ini hanya bisa digunakan untuk mendaftar. Namun sama sekali tidak bisa digunakan untuk bersaing." Dan semua itu hanya dianggap angin lalu oleh guru-guru yang kolot dengan peraturan.

Dan sampai saat ini, entah siapa yang harus bertanggung jawab atas suksesnya hampir semua siswa tidak lolos SNMPTN. Mungkin sekolah yang terlalu tidak menghargai. Atau sistem kuliah yang kurang adil. Atau bisa juga kami yang tidak bisa menghasilkan nilai indah melalui guru-guru kolot tersebut.. Dan pada akhirnya, para petinggi-petinggi sekolah sama sekali tidak dipotong gajinya. Dan kita sebagai murid adalah yang paling depan menanggung semua ini.  

Oke masih ada SBMPTN. Jadi masih ada kesempatan. Walaupun waktu dimana anak-anak SMA lain sudah liburan, kita harus masih berkutat dengan fisika, ekonomi, biologi, sosiologi dan sekutunya. Tak apalah, memang kita dialihkan ke jalur ini.

Aku juga bersyukur punya orang tua yang mengerti tentang semua hal ini. Punya Bunda yang aktif dalam dunia pendidikan. Sehingga tau betul alasan kenapa aku nggak bisa lolos kali ini. Dan bukannya kecewa, Bunbun malah nyemangatin. Dan dengan semangat nyariin kuliah yang menarik. 

Tapi aku sebenernya juga kasihan sama anak dengan orang tua yang tidak terlalu mengerti akan hal ini. Malah memandang anaknya malas dan bodoh karena tidak lolos seleksi. Untuk yang memiliki orang tua seperti itu, tetap semangat. Kamu bisa buktiin kalau anggapan mereka itu salah..

Dan pada saat dunia twitter kemaren penuh harapan dan doa untuk lolos SNMPTN, aku cuma bisa senyum iri. Aku iri dengan kalian yang memiliki sesuatu yang bisa diharapkan dengan pasti. Aku iri dengan kalian yang memiliki kemampuan deg-degan dengan harapan kalian..



Cukup sekian tulisan ini, kalau ada yang merasa tersinggung, mohon banget maaf. Aku disini cuma ngungkapin yang aku pikirin, biar nggak menuh-menuhin pikiran aja.

0 komentar:

Posting Komentar